Harapan Hidup dan HIV

Minggu, Desember 23, 2018

Haii Pembaca, terima kasih sudah bekunjung ke blog windisaras.com. Semoga ada manfaat yang dapat diambil dari blog ini ya ^^


Masih di bulan Desember, itu artinya masih hangat dengan perayaan Hari AIDS Sedunia 2018. Sebelumnya aku juga ikut memperingati hari AIDS sedunia di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta. Dan ditanggal 17 Desember 2018 aku juga berkesempatan untuk ikut memperingati Hari AIDS Sedunia di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)  Narkotika kelas IIA, Cipinang.

Itu pertama kalinya aku menginjakkan kaki di LP Cipinang. Penjagaannya sangat ketat, bangunannya tinggi dan tertutup rapat. Setelah sebelumnya hanya pernah melihat di TV, kali ini aku benar-benar menginjakkan kaki di sana sebagai tamu undangan peringatan Hari AIDS Sedunia 2018.

Beberapa minggu lalu aku juga sudah menulis tentang AIDS, dengan judul "JanganDiskriminasi Mereka!"

Yaa.. orang yang terkena HIV memang bukan orang yang harusnya kita diskriminasi, karena HIV tidak akan menular hanya karena kita dekat dengannya, menyentuhnya, menciumnya atau makan dan minum dalam satu wadah yang sama. Justru mereka membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekatnya untuk melawan penyakitnya.

Lapas Cipinang memang diisi oleh orang-orang yang terkena kasus penggunaan narkotika. Dan salah satu penyebab seseorang terinfeksi HIV adalah karena kecanduan narkotika.
Asep Sutandar, selaku Kepala Lembaga Pemasyaratan Narkotika Jakarta, mengatakan bahwa tercatat sampai dengan tanggal 17 Desember 2018 sudah terdapat 2453 warga binaan yang seluruhnya disebabkan oleh kasus narkotika. Sedangkan, kapasitas dari Lapas sendiri hanya 1080 orang. Itu artinya sudah terjadi over kapasitas.

Meski Lapas mengalami kelebihan kapasitas, pihak Lapas terus berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik bagi seluruh warga binaannya, mulai dari pembinaan, pengayaan kesehatan, sarana kesehatan dan juga sarana dan prasarana.

Setiap warga binaan yang baru masuk, petugas Lapas akan melakukan proses screening untuk mengetahui lebih awal apakah orang tersebut sudah terinfeksi virus HIV atau belum, agar bisa mendapat penanganan lebih awal, jika sudah terinfeksi virus HIV.

Angka kematian yang disebabkan oleh HIV pada tahun 2008 berjumlah 30 orang dan di tahun 2015 meningkat hingga 90 orang. Di tahun 2015 itulah menjadi angka kematian tertinggi yang disebabkan oleh virus HIV. Di tahun 2018 ini menurun menjadi 3 orang. Penurunan yang cukup drastic, karena mereka yang terkena HIV sudah lebih teratur untuk menjalani pengobatan dengan rutin mengkonsumsi ARV (Antiretroviral).

Kementerian Kesehatan juga ikut berkontribusi pada Lapas untuk memberikan pengetahuan terapi terhadap orang yang terinfeksi HIV, memberikan pelayanan petugas kesehatan mulai dari perawat, dokter HIV, memberikan pelatihan bersertifikasi dari RS. Dharmais, logistik pengadaan obat-obatan HIV serta pendampingan kepada ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS).

Dalam acara peringatan Hari AIDS Sedunia, dihadiri oleh para narasumber, yakni: dr. Wiendra Waworuntu dari Kementerian Kesehatan selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML). Lilik Sujandi, selaku Direktur Perawatan Kesehatan dan Rehabilitas Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Kepala Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Jakarta, Asep Sutandar. Dr. Yusman Akbar, selaku Koordinator Poliklinik Lapas Narkotika Jakarta dan juga turut hadir di tengah-tengah kami perwakilan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), Wesly.

Untuk meningkatkan upaya kesehatan dan menekan jumlah orang yang terkena virus HIV, Pemerintah mengadakan “Target 3 Zero”, yaitu ( Zero new HIV Infection, Zero AIDS Related death, dan Zero Discrimination). Semoga target yang sudah dibuat dapat terlaksana.
Dengan adanya target 3 zero, diharapkan agar tidak ada lagi perlakuan diskriminasi terhadap ODHA. Di Lapas Cipinang, mereka yang terkena ODHA maupun yang tidak, akan tetap mendapatkan perlakuan yang sama dan dapat menjalankan aktivitasnya masing-masing dengan baik. Sehingga tidak ada lagi perbedaan diantara keduanya dan orang yang terkena ODHA bisa mendapatkan semangat dan motivasi untuk tetap bertahan hidup.



  • Foto di atas adalah Wesly, salah satu orang yang terinfeksi virus HIV di Lapas Cipinang.
Wesli menceritakan awal mula dia menggunakan narkoba sampai akhirnya menyadari dan berusaha untuk berhenti mengkonsumsi barang haram tersebut.

Ia terjerumus menggunakan narkoba sejak kelas 2 SMP. Menurut aku itu adalah usia yang masih sangat dini untuk kenal dengan obat-obatan terlarang. Awalnya mungkin hanya coba-coba, tapi lama-lama kecanduan hingga tidak bisa tenang jika tidak mengkonsumsinya. Wesli terkena virus HIV diakibatkan oleh menggunakan jarum suntik secara bergantian oleh teman-temannya ditahun 1999.

Lama-lama dia merasa bersalah dan menyadari bahwa hidupnya hanya menyusahkan orang tuanya. Hidupnya pun menjadi gelisah dan tak karuan, sehingga dia memutuskan untuk dapat berhenti mengkonsumsi narkoba. Untuk berhenti dari kecanduan narkoba memang tidaklah mudah, hingga Wesli berinisiatif untuk beralih dari narkoba ke Methadone. Methadone merupakan obat yang dapat digunakan untuk mengobati ketergantungan pada narkotika.

Atas kesadaran dan penyesalannya, Wesli juga rutin minum ARV untuk dapat terus bertahan hidup walau terinfeksi virus HIV. Berjuang untuk berhenti dari mengkonsumsi barang haram terlebih sudah terinfeksi HIV tidaklah mudah, karena Wesli juga sempat mendapat perlakuan diskriminasi dari keluarganya. Meski begitu Wesli sudah dapat membuktikan bahwa hidupnya yang sekarang bisa lebih baik dari yang sebelumnya.

Semoga kisah di atas dapat menjadi pembelajaran untuk kita yang masih Allah berikan kesehatan. Jauhi narkoba untuk hidup sehat. Jika sudah terinfeksi HIV, jangan lupa untuk selalu rutin konsumsi ARV setiap hari dan jalani aktivitas yang lebih produktif dan bermanfaat.

#AdaObatAdaJalan

Salam,


Anak bungsu!

You Might Also Like

0 komentar

Facebook Page