Semarang Dan Jejak Sejarah

Rabu, Agustus 08, 2018


Hai pembaca! Coretan ini merupakan lanjutan dari cerita sebelumnya tentang liburan di Jawa Tengah pada akhir tahun 2017.

Masjid Agung Jawa Tengah
Setelah Solo dan Jogja, satu lagi kota di Jawa Tengah yang masuk dalam list liburanku, Semarang!

Hai Semarang akhirnya kita jumpa. Setelah sekian lama banyak wacana kalau aku mau main ke Semarang, tapi hanya berujung dengan pencarian tiket tanpa membelinya. Bukan hanya karena harganya yang mahal, tapi karena waktunya yang nggak tepat saat mendapat tiket dengan harga murah.

Pagi itu di akhir tahun 2017 langit Semarang sangat cerah. Tiga hari marathon Solo, Jogja, Semarang badan ini rasanya luar biasa lelahnya, tapi Alhamdulillah hati bahagia karena bisa menapaki tiga kota dalam tiga hari. Walaupun nggak bisa banyak mengunjungi tempat wisata, tapi perjalanannya cukup memuaskan dan memberikan pengalaman baru.

Saat tiba di Semarang, ada satu tempat wisata yang ingin sekali aku kunjungi sejak lama. Tempat ini cukup terkenal, mungkin banyak juga wisatawan yang ingin mengunjungi tempat ini. Ya, Lawang Sewu. Tempat wisata yang terkenal memiliki seribu pintu, walau sebenarnya pintu yang ada tidak mencapai seribu.

Aku penasaran sekali ingin melihat langsung tempat itu. Pagi-pagi setelah selesai bersiap, aku dan Septi bergegas untuk menuju beberapa tempat yang ada di Semarang, termasuk menuju Lawang Sewu. Karena hari itu masih terlalu pagi untuk menuju kesana, akhirnya Septi mengajak ku ke CFD yang ada di Simpang Lima Semarang.

Suasana CFD di Simpang Lima cukup ramai. Banyak sekali penjual di sana. Mulai dari makanan, minuman, hingga mainan anak seperti balon gas.

Septi mengajak ku untuk terlebih dahulu sarapan makanan yang disebut tahu gimbal.

Tahu Gimbal
Tahu gimbal sendiri merupakan salah satu makanan khas Semarang, yang berisi potongan lontong, irisan kol, tauge dan gimbal (bakwan udang). Aku suka dengan rasanya, karena tahu gimbal ini dicampur dengan bumbu kacang. Terlihat sekilas tidak jauh beda tampilannya dengan ketoprak, tapi rasanya jelas berbeda dan ini sangat nikmat. Sayangnya porsi tahu gimbal terlalu banyak menurut perutku untuk porsi sarapan.

Setelah selesai sarapan, aku mulai mengunjungi beberapa tempat yang jaraknya tidak terlalu berjauhan. karena aku ingin sekali ke Lawang Sewu, aku pun langsung request ke Septi untuk segera melajukan motornya menuju Lawang Sewu.

Bukan kesenangan yang aku dapat saat sampai pada pintu masuk Lawang Sewu. Pemadangannya pun tak enak dipandang. Untuk masuk Lawang Sewu hari itu harus mengantrii puanjaaangg sangat panjaangg. Tak sangguplah aku, walaupun aku ingin sekali masuk ke dalam, tapi kalau lihat antrian yang luar biasa panjangnya, nyerah lah aku. Yang ada nanti waktu ku hanya dihabiskan untuk mengantri.

Aku pun mengurungkan niat untuk bermain di Lawang Sewu. Tak jauh dari Lawang Sewu, cukup berjalan kaki ada sebuah tugu yang dinamakan dengan Tugu Muda. Tak jadi menikmati foto di Lawang Sewu, di Tugu Muda pun tak apa.

Tugu Muda hanyalah sebuah taman yang di tengahnya terdapat sebuah tugu.

Tugu Muda
Bentuk tugunya sangat sederhana, memiliki tinggi kurang lebih 53 meter. Tugu tersebut dibangun dengan tujuan untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur dalam pertempuran lima hari di Semarang yang terjadi pada tanggal 15-19 Oktober 1945.

Setelah puas mengambil gambar di Tugu Muda, aku melanjutkan perjalanan menuju Masjid Agung Jawa Tengah yang cukup terkenal di Semarang. Masjid tersebut memiliki enam payung raksasa otomatis seperti yang terdapat di Masjid Nabawi. Payung tersebut hanya dibuka pada saat shalat jum’at, idul fitri dan idul adha, dengan catatan kondisi angin tidak melebihi 200 knot. Sayangnya saat aku berkunjung kesana bukan hari Jum’at, sehingga aku tidak bisa melihat payung itu dibuka.

Oiya sebelum sampai di Masjid Agung Jawa Tengah, aku menyempatkan diri untuk mengunjungi sebuah tempat yang dikenal dengan kampung pelangi. Kampung Pelangi ini tampilannya tidak jauh beda dengan Jodipan yang ada di Malang Jawa Timur.


Kampung Pelangi Semarang
Bangunan yang terdapat di Kampung Pelangi, dicat dengan warna-warna cerah hingga terlihat seperti pelangi. Menurut berita yang beredar, Kampung Pelangi ini merupakan ide dari seorang kepala sekolah SMP di Semarang yang memiliki keinginan agar desanya berkembang.

Selesai dari mengabadikan gambar di Masjid Agung Jawa Tengah dan di Kampung Pelangi, destinasi selanjutnya yang akan aku kunjungi adalah Kota Lama Semarang.

Sekilas aku melihat Kota Lama Semarang, tidak jauh beda dengan Kota Tua di Jakarta. Kawasan tersebut juga memiliki banyak pengunjung. Kota Lama Semarang ini merupakan kawasan yang menjadi pusat perdagangan pada abad ke 19-20. Sama seperti Kota Tua di Jakarta, Kota Lama Semarang ini juga menjadi saksi bisu sejarah Indonesia pada masa kolonial Belanda.

Karena hari sudah semakin petang, jadwal kereta pulang pun segera tiba. Tak lama di Kota Lama, aku pun bergegas untuk segera menuju stasiun Semarang Tawang.

Oiya tempat-tempat yang aku kunjungi selama di Semarang, tidak ada tiket masuknya ya. alias GRATIS! Paling hanya bayar parkir dengan harga standar. 

Nggak terasa, perjalanan akhir tahun di Jawa Tengah telah selesai. Waktunya kembali ke Jakarta dengan pengalaman, pelajaran dan kenangan baru.

Bersiap menghadapi rutinitas yang sesungguhnya. Terima kasih Septi sayang sudah mau menemani dengan sabar selama aku di Semarang. Kecup dulu sini, Sep! Hahahah


Salam,


Anak Bungsu!


You Might Also Like

0 komentar

Facebook Page