Jogjaku diakhir tahun 2017

Rabu, Juni 20, 2018

Hi Pembaca! Udah lama nih aku nggak nulis cerita tentang perjalanan si anak bungsu.

Aku jadi pengen tau deh, pada lebih suka mana sih, baca cerita perjalanan aku? Atau baca review?

Eiya, btw udah lebaran kan ya? Sebelum aku lanjutin ceritanya, aku mau minta maaf dulu nih kali aja ada tulisan aku yang tanpa sadar menyinggung kalian. Mohon dimaafkan yaa.. kalo nggak lebaran kan belom tentu minta maaf eheheh

Tadinya aku mau nulis moment hari lebaran yang baru berlalu beberapa waktu. Tapi, aku keingetan kalo aku belom melanjutkan cerita perjalanan aku diakhir tahun 2017 kemarin.

Postingan perjalanan akhir tahun 2017 baru aku tulis sampai saat aku berada di kota Solo. Bagi kalian yang belum baca tulisan sebelumnya tentang Solo, bisa kalian baca di Solo Part one dan Solo Part II Kali ini aku bakal melanjutkan cerita perjalanan aku di kota selanjutnya, Jogja.


Iya akhir tahun 2017 kemarin aku keliling tiga kota, Solo, Jogja, dan Semarang dalam waktu singkat. Cuma tiga hari temanss! Bener-bener yang cuma mampir, nginjekin kaki plus sedikit bonus foto di ketiga kota yang ada di Jawa Tengah itu dan nggak banyak tempat yang aku kunjungi karena waktunya yang amat sangat terbatas huhu

Kalo kalian bilang “ih nggak seru dong. Apa rasanya cuma tiga hari ke tiga kota?”

Aku bilang tetep seru. Seru banget! Lumayan piknik singkat tanpa habis banyak uang eheheh

Kalian harus tau, kalo aku ini tipikal orang yang oke jalan-jalan ke luar Jakarta tapi nggak boleh menghabiskan uang banyak. Setidaknya cukup untuk ongkos pulang balik plus makan di sana. Makannya tetep sederhana aja biar tetep irit hahaha

Oke lanjut yaa.. perjalanan aku ke Jogja.

Dari Solo ke Jogja niat hati pengen naik kereta prameks. Tapi sangat disayangkan sekali kalo aku harus kehabisan tiket kereta prameks yang jalan jam 9 pagi. Yang masih tersedia untuk keberangkatan jam 12 siang. Aku menimbang-nimbang, kalau jam 12 siang aku bakal kesiangan banget sampai di Jogja. Yasudahlah aku urungkan niat untuk naik kereta menuju Jogja. Akhirnya aku pilih untuk naik Bus dari terminal Tirtonadi Solo.

Bus yang aku naiki menuju Jogja tidak sebesar bus yang aku naiki saat menuju Solo dari Jakarta. Bus yang menuju Jogja ini lebih kecil, tapi nggak sekecil metro mini. Mungkin kayak bus mayasari bhakti kali ya. Yaa kurang lebih lah segitu.

Ada dua pilihan bus, yang satu bus AC dan satu lagi non AC. Untuk besar busnya sama. Aku memilih untuk menaiki yang AC. Di depan bus terpampang sangat jelas tulisan “AC”. Tapi ya, pas aku masuk Subhanallah puuanaasssnya ampun ampunan, udah kayak nggak ada ACnya sama sekali. Hawa panas semakin terasa saat penumpang bus semakin ramai, sampai berdesek-desekkan. Mirip persis kayak naik metro mini kalo lagi desek-desekkan. Ampun udah pada bawa barangnya super gede-gede banget, termasuk aku yang bawa gembolan tas lumayan gede plus bawa tentengan . Alhamdulillah aku dapet duduk sih, merasa sedikit tertolong ditengah panasnya hawa bus, walaupun sebenarnya duduk pun aku tak nyaman :'(

Dengan fasilitas bus, yang terbilang sumpek itu dan  jarak Jogja-Solo yang ternyata cukup lumayan jauh, harga tiket bus yang ditetapkan standar kok. Cumak 15ribu rupiah ceu. Murce kan? Makin irit itu duit yang dikeluarin ehe lumayan :D

Awalnya mah seneng kan ya bisa sampai di Jogja lima belas ribu. Ehhh belum lama rasa senang itu mnguasai diri tiba-tiba insiden yang terjadi dipertengahan jalan membuat hatiku terpoteq. Hiks!

Kalian tau temans? Bus MOGOK di Terminal IR. Soekarno Kabupaten Klaten. Huaaa gelisah aku kejebak di tempat yang mana nggak ada satupun orang yang aku kenal di Kota itu. Udah sendirian, bawa gembolan tas gede, tangan kanan isi tentengan bantal buat di kereta, tangan kiri isi tentengan kue oleh-oleh Solo. Bayangin dah tuh gimana riweuhnya aku yang lagi sendirian kejebak di kota orang. Merana.

Terminal IR. Soekarno

Sedihnya lagi, sinyal di sana ilang-ilangan temans. Mau nelp aja tuh ya butuh perjuangan untuk bisa dapet itu sinyal. Bolak balik kesana kemari, tampang gelisah, nyari tempat yang sekiranya sinyal bisa nyangkut di handphone.

Oiya itukan di terminal ya, banyak bus ya? Ngapainn aku bingung dan gelisah. Kenapa nggak naik bus lagi aja dari terminal Klaten ke Jogja? Dari kalian pasti akan ada yang berfikiran seperti itu.

Hm jadi tuh ya, di terminal itu jarang sekali bus tujuan Jogja, sekalinya ada udah luar biasa penuhnya sampai abangnya udah nggak terima penumpang lagi saking padetnya. Dan keselnya lagi, abang bus mogok itu nggak tanggung jawab untuk cariin bus pengganti. Kesel banget asli.

Aku nunggu di teriminal Klaten berharap dapet bus lagi ke Jogja, ada kali nunggu sampai hampir satu jam. Padahal awal bus jalan, mikirnya bakal lebih cepet sampai Jogja, qadarullah Allah berkehendak lain, seakan Allah menyuruh aku untuk sedikit lebih bersabar dan jangan takut.

Iya sedikit takut aku di kota orang tanpa seorang pun yang aku kenal.

Beberapa kali saat dapet sinyal aku berusaha untuk telpon atau video call sama Septi, teman aku dari Semarang yang bakal menjemput aku saat aku tiba di Jogja. Aku menelpon untuk setidaknya menghilangkan rasa jenuh dan gelisah sekaligus meminta solusi kendaraan apa yang harus aku naiki dari terminal Klaten.

Ingin naik kereta, karena katanya itu nggak jauh dari stasiun kereta, tapi sayangnya keretanya nggak ada. Ingin naik angkot pun juga tak ada. Yaudah sabar nungguin bus, sampai entah udah berapa banyak bus yang lewat tapi enggak ada satupun yang bisa ku tumpangi.

Aku juga bertemu dan sedikit bercengkrama dengan ibu-ibu paruh baya yang tadi menaiki bus mogok yang sama dengan aku. Tujuan si ibu juga sama-sama ke Jogja, tapi Jogjanya beda daerah. Aku lupa nama daerahnya. Ibu itu mengajak aku bareng sama dia dan beberapa rombongan yang tujuan sama-sama ke Jogja walau beda daerah. Ibu itu niat mengajak aku bareng menaiki kendaraan mobil online. Ibunya baik, ramah banget. Sampai aku dibeliin es teh manis karena kasian kali ya liat aku udah dekil, gelisah, terdampar, sendirian pula. Duh.

Tapi akhirnya aku menolak ajakan ibu itu, karena aku nggak mau kalo sampai nerima kenyataan terdampar dua kali di tempat yang masih sangat-sangat asing buat aku. Akhirnya kami terpisah, saat ibu itu dan rombongannya sudah mendapat supir online.

Apa kabar aku?

Akhirnya aku memesan mobil online sendiri tanpa ikut rombongan buibu dengan memasukkan alamat langsung sampai tujuan. Sebelum pesan, aku telpon dulu si Septi, meminta pendapatnya atas apa yang bakal aku lakukan. Sebenarnya aku agak-agak lumayan ngeri naik kendaraan mobil online sendirian di kota orang. Tapi, ya dari pada lama terdampar disitu, mau sampe kapan? Sampe subuh? Akupun memberanikan diri untuk naik kendaraan mobil online sendirian, dengan catatan aku nggak boleh ketiduran. Karena ya jeleknya aku kalo udah lagi kelelahan yang super lelah, nemplok dikit aja itu pala di kursi langsung pules. Huhu segitu pelornya akutu.

Yang bikin aku tambah nyesek adalah tariff ini angkutan online, sampe seratus ribu cobak. Harganya lebih mahal dari harga tiket pulang aku ke Jakarta ini sih. tapi, ya mau gimana udah terlanjur terdampar nggak ada pilihan lain. Alhamdulillah sih ada yang mengcover biaya ini mobil online eheh makasih yaa orang baik, semoga Allah berikan keberkahan dan kelancaran rezekinya :*

Akhirnya setelah menghabiskan waktu kurang lebih 45 menitan di dalam mobil, sampailah aku di tempat tujuan, rumah temannya Septi  (aku lupa siapa namanya, sebut saja Rani ya) aaakkk girang aku akhirnya ketemu sayangku, Septi.

Turun mobil, tinggal lelah sudah yang menguasai ini tubuh. Langsung tergeletak aku di lantai dengan diberikan suguhan air minum yang akan membasahi tenggorokkan. Alhamdulillah. Allah Maha Baik yang selalu menjaga hambaNya.

Itu belum sampai tempat tujuan yang sebenarnya temans. Aku dan Septi masih akan melanjutkan perjalanan lagi.
Tak berlama-lama aku di rumah Rani. Sebelum atau ba’da ashar aku lupa, aku dan Septi sudah melanjutkan perjalanan lagi.

Tapi, Sebelum aku melanjutkan perjalanan, tak lupa aku untuk take a pictures dulu heheh. Pemandangan di rumah Rani begitu indah menawan. Pas buka pintu rumah pemandangannya langsung sawah gitu. Nggak luas sih sawahnya, tapi lumayan baguslah untuk mengabadikan gambar dengan lensa kamera hp.

Jogjaaaaa

Puas foto di rumah Rani, aku dan Septi langsung memesan kendaraan online lagi menuju Malioboro. Yuhuuu itu emang niatan aku sih ke Malioboro. Tau nggak cuma pengen ngapain aku kesana?

Cuma pengen foto temans! Iya foto yang ditiang warna ijo yang ada tulisan Malioboronya itu lho. Kelar foto di situ aku bahagia benerr seakan kesengsaraan tadi siang luntur sudah tak berbekas. Di Malioboro aku juga bertemu dengan dua temanku yang dulu kami kenalan di Komunitas One Day One Juz. Namanya ka Pity dan  ka Fayruz.

Pertemuan aku dengan ka Pity dan ka Fay singkat banget, nggak sempat banyak ngobrol dan juga wisata kuliner bareng mereka karena aku dan Septi mengejar jadwal bus menuju Semarang yang jalan kalo nggak salah jam 7 malam, atau setengah 7 ya. Entahlah aku lupa. Sekitar jam segitu pokonya.

Assalamu'alaikum Malioboro

Pertemuan aku terlalu singkat dengan ka Pity dan ka Fay, karena aku sampai di Malioboro sekitar hampir menjelang maghrib. Bener-bener kilat dan cuma foto-foto doang aku di tiang Malioboro hahaha kesel banget ya, jauh-jauh ke Jogja cuma mau numpang foto ditiang tulisan Malioboro. Mana nggak nyobain kulineran sana sama sekali. Nggak bisa nyobain gudeg asli sana juga pula. Sedih tapi seneng.

Tak berapa lama, ka Pity juga ka Fay akhirnya sampai mengantar aku dan Septi ke shuttle bus JogloSemar. Dari shuttle bus JogloSemar itulah aku dan Septi menaiki bus untuk melanjutkan perjalanan ke Semarang. Setelah menunggu tak sampai setengah jam, bus pun berangkat menuju Semarang dan aku katakan “Sampai jumpa Jogja, sampai ketemu dilain waktu”.

Fyi, bus JogloSemar ini tidak seperti bus yang aku naiki saat perjalanan dari Solo menuju Jogja. Bus JogloSemar bagus, nyaman banget, AC-nya juga berasa dan kita juga dikasih snack. Di bus JogloSemar semua penumpang duduk, nggak ada yang berdiri. Harganya juga beda jauh sih hahah
Kalo bus yang aku naiki dari Solo hanya 15ribu, bus JogloSemar berkali kali lipat lebih mahal. 85 ribu atau 80 ribu gitu, aku lupa pokonya sekitar segitulah. Hehe harga emang nggak membohongi kualitas.

Oke, itulah sedikit cerita perjalanan aku diakhir tahun 2017 kemarin yang sampai saat ini masih tersimpan sisa-sisa kenangannya :D

Lanjut cerita Semarangnya nanti lagi yaa temans. See you bye!


Salam,



Anak bungsu!

You Might Also Like

0 komentar

Facebook Page