Ketakutan Dalam Sebuah Ikatan Pernikahan

Sabtu, Juli 27, 2019


Haii Pembaca..

Rasanya sudah lama aku tidak menuliskan sebuah cerita. Padahal aku ingat sekali, niat awal membuat blog ini adalah ingin membagikan banyak cerita yang aku lalui sebagai kenangan tertulis jika, suatu saat aku sudah mulai lupa dengan detail sebuah jalan hidup yang aku lalui.

Gapapa ya kalau aku jarang bercerita, tapi kali ini aku beneran mau cerita sama kalian.

Jadi, begini ceritanyaa...

Saat ini aku sudah memasuki semester akhir menuju S1 dan insyaAllah akan segera menyelesaikannya dalam waktu dekat ini. Usiaku juga sudah memasuki usia yang kata orang "pas" untuk menikah.

Kalian pasti tau lah ya, kalau seseorang sudah lulus kuliah dan sudah memasuki usia cukup untuk menikah, pertanyaan seperti apa yang akan selalu menyerbunya?

Iyes sudah tidak asing pertanyaan "kapan nikah?" akan selalu mengintainya. atau pertanyaan "rencana setelah lulus mau ngapain? nikah?".

Terkadang pertanyaan seperti itu, dalam sehari bisa datang beberapa kali. Tenang saja, menurut aku itu bukan pertanyaan sensitif kok. Ya terima kasih sudah mengingatkan untuk menikah, karena menikah juga termasuk ibadah.

Tapi, seringkali diawal aku akan menjawabnya dengan "cengengesan" ehehehe
Suka bingung mau jawab apa, masa mau bilang belum siap mulu? Yang ada malah ditanya lagi "emang tau kapan diri akan benar -benar siap menikah?".

Ya sebenarnya memang tidak ada alat ukur pasti yang dapat mengukur apakah seseorang sudah benar-benar siap menikah atau belum. Tapi, yang pasti saat seseorang sudah siap menikah, itu artinya sudah siap untuk menerima keluarga baru dalam kehidupannya, sudah mampu menjadi dewasa dalam membina rumah tangganya dan juga sudah siap untuk menerima segala kekurangan pasangannya.

Hampir rata-rata temanku sudah pada melangkah untuk membina rumah tangga dengan pasangan pilihannya yang Allah tunjukkan. Aku salut pada mereka yang sudah mantap dengan pilihannya.

Kehidupan setelah menikah memang terlihat indah dan menyejukkan kalau dapat melakukan banyak hal bersama dengan pasangan halal. Terlebih bisa traveling bareng pasangan, uuuh rasanya itu adalah pemandangan yang sangat memukau. Apakah aku tidak ingin melakukan ini itu bersama dengan pasangan halal? Ya jelas sebagai wanita normal, tentu aku sangat ingin. Tapi, kenapa aku masih belum mau melangkah untuk menjalankan sunnah rasul yang dapat menghidari zina?

Pernah beberapa teman menanyakan apa yang membuat aku masih belum siap menikah?

Aku jawab "Aku takut".

"Hah? apa yang ditakutkan?"

Jawaban yang paling sering aku lontarkan "takut nggak bisa bebas, takut nggak bisa main kesana kesini lagi, takut nggak bisa menjelajah lagi". Pokoknya takut hal yang tidak mengenakan hadir dalam kehidupan setelah pernikahan.

Cetek sekali ya pikiranku? iya aku paham, seharusnya tidak perlu aku menakuti hal-hal seperti itu. Bukankah hal seperti itu dapat dibicarakan sebelum menikah?

Tapi... sebenarnya ketakutan terbesarku dalam biduk pernikahan adalah sebuah "Kegagalan".

Buat aku kegagalan dalam pernikahan adalah sebuah cerita paling horor yang tidak sama sekali ingin aku temui. Sebenarnya bukan hanya aku saja ya yang takut akan hal itu. Aku yakin setiap orang pasti tidak menginginkannya.

Mengapa aku menakuti hal itu?

Saat aku masih kelas 3 SMP, kedua orang tuaku memilih untuk mengakhiri pernikahannya. Iya mereka bercerai. Saat itu, aku sedih sangat sedih. Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, mengapa keluargaku harus mengalami hal ini? Tidak pernah sama sekali ada dalam bayanganku kalau hal seperti ini akan terjadi.

Iya aku paham.. kedua orang tuaku sudah tidak lagi ada kecocokan. Seringkali aku melihat mereka berantem. Keluarga harmonis yang selalu aku lihat di layar kaca, rasanya jauh untuk bisa aku rasakan dalam kehidupan nyata.

Mentalku lemah. Ketakutanku masih saja terbayang sampai kini.
Itu yang membuat aku takut. Takut salah memilih, takut bayangan kelam akan menerpa.

Ya memang sudah seharusnya aku menyerahkan segala sesuatunya pada Yang Maha Kuasa.
Tapi, aku yakin jika Allah menghendakiku untuk bertemu dengan jodohku sebelum mautku, suatu saat aku akan memantapkan hati untuk memilih satu orang yang akan menjalani kisah lika liku kehidupan bersama.

Teruntuk kamu yang di Lauhul Mahfudz namanya ditakdirkan untuk bersanding dengaku, semoga kelak kau akan menjadi imam yang baik, imam yang akan menuntun keluarganya untuk meraih SurgaNya.

Yaudah segitu aja ceritanya. Semoga kalian yang sudah menikah akan terus menciptakan keharmonisan dan kebahagiaan dalam keluarga.


Salam,

Anak bungsu!

You Might Also Like

0 komentar

Facebook Page