Ekspektasi Yang Tak Terwujud

Jumat, Juni 30, 2017

Saat lebaran idul fitri tiba, sudah jadi kebiasaan orang-orang untuk mudik bagi para perantau. Bukan hanya sekedar mudik tapi mudiknya untuk bisa kumpul bareng keluarga, bukan juga hanya keluarga inti saja tapi juga keluarga besar. Bahkan tak hanya sekedar kumpul bareng tapi juga pergi jalan-jalan wisata bareng. Nggak harus wisata yang jauh sih, intinya jalan-jalan bareng keluarga besar.


Tapi saat kumpul bareng, pliss banget jangan sampai memberikan pertanyaan “kapan nikah?” atau “siapa calonnya?” atau “kapan wisuda?” untuk mereka para jomblo yang belum beruntung ketemu jodohnya dan para pejuang skripsi.

 Iya gue tau itu hanya pertanyaan biasa. Walaupun beberapa ada yang biasa aja dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu, tapi juga beberapa ada yang risih dengan pertanyaan macam itu. Jadi mending hati-hati, jangan jadi perusak suasana apalagi jadi perusak hubungan orang (lhoo apaan sih) ngaco!

Alhamdulillah lebaran tahun ini gue masih dikasih kesempatan untuk bisa kumpul bareng keluarga, yaa walaupun cuma bareng keluarga besaranya Ibu, tapi tetep bisa jadi obat rindu kumpul bareng kok.
Sebenernya suka iri liat postingan mereka yang mudik, seru aja gituu. Kangen rasanya mudik. Tapi udah nggak ada lagi istilah mudik dihidup gue, kecuali nanti gue dapet laki yang punya kampung hohoho

Tapi nggak apa-apa walaupun nggak mudik, lebaran gue tetep menyenagkan kok.

Lebaran tahun ini diisi dengan wisata ke tempat yang udah ibu gue pengenin sejak setahun lalu. Tadinya sih males untuk pergi kesana, karena harus jalan pagi-pagi banget biar nggak ketinggalan kereta. Tapi kasian juga udah lama banget kepengenan Ibu gue nggak keturutan.

Kalian tahu kemana tempat yang pengen banget Ibu gue datengin?

PELABUHAN MERAK!

Yaa pelabuhan Merak. Gue nggak paham apa spesialnya pelabuhan Merak, sampe Ibu gue sering banget ngerengek minta kesana. Ternyata setelah gue tanya, Ibu gue pernah denger entah dari siapa katanya di sana bisa beli seafood dengan harga murah.
Dasar yaa emak-emak nggak bisa denger kata murah sedikit, bawaannya langsung pengen belanjaa aja. Etapi kayaknya cap seperti itu bukan hanya berlaku untuk emak-emak aja yaa, tapi juga berlaku untuk kaum hawa hueheheh



Untuk menghilangkan penasaran Ibu gue, kita ber-9 (gue, Ibu, kakak, 2 sepupu, 2 bude, kaka ipar dan juga keponakan) pada hari ke-4 Syawal atau tanggal 28 Juni 2017 kita pergi ke Merak dengan menggunakan transportasi umum kereta api. Transportasi paling ekonomis  anti macet.

Yaa walaupun katanya banyak yang mudik sehingga mengurangi kemacetan, tapi tetep aja jalur ke tempat wisata nggak akan pernah bisa menghindari yang namanya macet.
Gue, Ibu dan kakak gue berangkat dari stasiun Sudimara, sedangkan 6 sodara gue yang lain berangkat dari stasiun Kebayoran. Untuk sampe di stasiun Merak, jadwal kereta api mulai berubah sejak bulan April 2017. Kereta api lokal Angke-Merak sudah ditiadakan. Jadi, kalo mau ke Merak harus transit dulu di stasiun Rangkasbitung. Untuk menuju Rangkasbitung kalian bisa menaiki kereta api commuter line, karena kereta api lokal kalimaya sudah ditiadakan juga.

Dari Sudimara gue naik commuter line tujuan Rangkasbitung pukul 06:19, kereta commuter line tujuan Rangkasbitung pertama yang jalan dari Tanah Abang. Perjalanan dari Sudimara menuju Rangkasbitung cukup lama, entah ada berapa stasiun yang dilewati pokonya banyak dan gue nggak hapal stasiun apa aja yang dilalui. Pokonya pemandangan di luar kereta menuju Rangkasbitung lebih bagus dari Pemandangan kereta arah Jakarta.
Perjalanan menuju Rangkasbitung menghabiskan waktu kurang lebih 90 menit. Dan selama perjalanan gue menghabiskan waktu dengan membaca novel karya Wiwid Prasetiyo, sesekali juga tertidur karena mata masih bener-bener ngantuk.

Setelah sampe di Rangkasbitung, gue mengantri lagi tiket kereta api lokal untuk melanjutkan perjalanan ke Merak. Karena musim liburan, antrian tiket menuju Merak sangatlah panjang bahkan ada yang sampe kehabisan tiket, sehingga harus menunggu kereta Merak berikutnya.

Untuk perjalanan kereta api lokal dari Rangkasbitung menuju Merak ada 6 kali keberangkatan. Mulai dari pukul 03:50, 07:45, 09:05, 12:45, 14:35, dan yang terakhir keberangkatan pukul 20:00. Untuk arah sebaliknya dari Merak menuju Rangkasbitung juga ada 6 kali keberangkatan, pukul 05:00, 06:30, 10:20, 11:45, 15:35, dan 17:20.



Gue kedapetan tiket untuk keberangkatan pukul 09:05. Perjalanan dari Rangkasbitung menuju Merak sekitar kurang lebih 2 setengah jam. Bentuk kereta api lokal Merak mirip dengan kereta ke Jawa, tempat duduknya berhadap-hadapan dan yang paling penting juga ada colokannya, jadi kalo mau ngecharge  nggak perlu repot-repot cari powerbank hehe
Sampe di Merak sekitar pukul setengah duabelas. Perjalanannya cukup melelahkan karena lebih banyak duduk di kereta. Selama perjalanan kita disajikan pemandangan alam yang MaasyaAllah indahnya.

Total lama perjalanan dari Sudimara menuju Merak lebih dari 5 jam. Lebih lama dari perjalanan Jakarta-Bandung. Karena lama perjalanannya udah kayak perjalanan ke Jawa, jadi gue sebut itu sebagai mudik, walaupun cuma mudik ke kampung orang heheh #KepengenMudik



Sebelum sampe Merak udah ada bayangan di kepala gue untuk beli ikan ini dan itu, karena gue penyuka makanan laut jadi gue juga bersemangat untuk segera sampai di Merak dan belanja berbagai macam seafood. Pas turun dari kereta ada perasaan nggak enak. Seketika gue mikir ‘yang bener nih di pelabuhan ada kang jual seafood murah?’ 
Hmmm buru-buru deh gue hilangkan perasaan nggak enak itu dan berharap semoga aja emang bener ada.

Stasiun Merak juga nggak seperti stasiun-stasiun disekitaran JABODETABEK, yang memiliki peron tinggi dan panjang, sehingga nggak ada lagi penumpang yang dengan susah payah menaiki kereta. Beda dengan stasiun Merak yang tidak memiliki peron panjang dan tinggi, jadi, yang nggak kedapetan peron mesti loncat. Di stasiun Merak langsung ada tangga menuju pelabuhan. Sebelum sampai di stasiun Merak kita juga bisa melihat pemandangan kapal-kapal besar untuk menuju pulau sebrang. Untuk warga Merak itu udah jadi pemandangan yang biasa, tapi untuk gue yang jarang liat laut apalagi kapal, itu noraknya luar biasa huahaha

Untung yang norak bukan cuma gue aja,tapi satu gerbong yang gue naikin jarang liat kapal juga sepertinya sampai akhirnya mereka bersorak girang banget pas kereta melewati kapal-kapal besar, dan nggak kalah hebohnya gue juga ikutan bersorak >,<

“ohh jadi ini toh bentuknya stasiun Merak” gue berkata pelan pada diri sendiri.

Pas turun gue celingak celinguk nyari pintu keluarnya kearah mana. Berhubung itu kali pertama gue dan keluarga menginjakkan kaki di stasiun Merak, jadi gue mencari petunjuk pintu keluar dengan mengikuti arah jalan kebanyakan orang. Kebanyakan orang berjalan ke arah Barat. Gue pun memutuskan untuk ikut jalan ke arah Barat.

Hanya karena alasan gue sering jalan kemana-mana sendiri, jadi tiap pergi kemana-mana sama keluarga yang dijadikan penunjuk arah itu gue, padahal gue juga belum tentu tahu daerah itu.
Saat gue jalan ke arah barat gue nggak melihat pintu keluar, yang gue liat di jalur 2 cuma tangga dengan cat warna biru yang menuju ke pelabuhan untuk mereka yang ingin melanjutkan perjalanan naik kapal laut.
Tujuan gue emang ke pelabuhan Merak seperti yang Ibu gue pengenin, tapi nggak sampe naik kapal juga. 

Akhirnya gue ajak mereka nyebrang dulu ke jalur satu, kali aja pintu keluar ada di jalur satu.
Pas nyebrang ke jalur satu ternyata enggak ada pintu keluarnya juga coy!

Ah asli kesel banget, udah udara lagi panas-panasnya, ditambah kagak ketemu itu pintu keluar, petugas KA juga susah dicari grrrrrr

Saat di jalur satu, gue suruh mereka untuk duduk dulu aja daripada mereka ngintilin gue tapi guenya juga nggak tahu kemana arahnya.
Pas ketemu petugas KA, gue langsung tanya arah pintu keluar.

Pintu keluar di stasiun Merak ternyata nggak seperti di stasiun yang dilalui KA commuter line, yang ada gate outnya. Kalo di stasiun Merak bebas keluar masuk, nggak ada pemeriksaan tiket, pemeriksaan tiket Cuma ada di dalam kereta.
Setelah tanya ke bapak petugas KA, ternyata kalo mau berwisata, keluar itu ke arah Timur, bukan Barat.
Gue ajak mereka jalan ke arah Timur. Tapi gue belum melihat tanda-tanda para penjual makanan laut, padahal pelabuhan ada di deket stasiun. Gue masih berfikir mungkin ada di luar sana. Jalan dari stasiun ke luar itu sekitar 300 meter.

Sampai di luar, Cuma ada mobil angkot sama bis. Karena bingung mau ke arah mana lagi, gue memutuskan untuk tanya ke bapak petugas pelabuhan.
Setelah gue tanya, pupus sudah harapan gue beli makanan laut dengan harga yang lebih murah.

Nggak ada penjual makanan laut di dekat sana, bahkan tempat wisata juga nggak ada yang deket. Kalo mau ke tempat wisata harus nyebrang  naik kapal dulu atau naik angkot untuk menuju pantai Kelapa Tujuh atau pantai Anyer.

Muka gue langsung kusut, sekembalinya gue dari bertanya sama si Bapak pelabuhan.

Tapi si Ibu tetep ngotot kalo tempat yang pengen dia kunjungi itu ada didekat stasiun. Gue langsung tanya si Ibu..
“Ibu tahu dari mana sih info kayak gitu?”

“Ada dari orang”

“Info dari kapan itu?”

“Dulu waktu mbak masih SMK”

Gubraaaaak! Helooo saat kaka gue SMK berarti gue masih SMP, itu udah delapan tahun yang lalu buk. Zzzzzzz

Gue bingung antara mau garuk-garuk aspal atau guling-guling. Tapi untungnya gue masih waras jadi gue nggak lakukan kedua hal itu. Gue Cuma bisa elus dada, sambil memikirkan mau kemana kita?
Nggak mungkin yekan 5 jam lebih perjalanan, disia-siakan gitu aja. Gue tanya-tanya orang,dan pilihan wisata gue jatuh kepada pantai Kelapa Tujuh. Karena untuk menuju pantai Kelapa Tujuh cukup dengan sekali naik angkot saja. Dan gue sudah menjadwalkan untuk pulang menaikki kereta pukul 15:35. Gue rasa itu waktu yang cukup untuk melepaskan penat.
Yaa walaupun lagi-lagi ekspektasinya nggak sesuai dengan realita, seenggaknya ada pengalaman yang gue dapet dari perjalanan itu.

Untuk Ibu gue, udah keturutan yaa pergi ke Merak naik kereta. Pliss jangan ngerengek lagi minta kesana, nggak tahan sama antrian tiket yang panjangnya melebihi uler naga.

Untuk keseruan liburan gue di pantai Kelapa Tujuh, nantikan di postingan selanjutnya yaa..

Thanks sudah membaca cerita gue, jangan lupa untuk tinggalkan jejakmu yaa kawan 😀😀

You Might Also Like

13 komentar

  1. Wkwkwk, Storynya keren apalagi endingnya bikin yang baca pengen guling2 juga. Udah ky naskah stand up comedy :P :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahahah jangan sampe ikut2an guling2 di aspal ya kak. Itu memalukan! Sungguh.

      Hapus
  2. Baca ini serasa dengerin kk ngmng hihiy kerenn

    *Sotoyna ahahah

    BalasHapus
  3. Perjuangan banget yaa untuk sampai kesana walaupun itu storynya sudah 8thn yang lalu... #gubraakkk
    Btw, anyway bus way kerenlah storynya kak... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banget!
      Besok2 kalo mau pergi, pastikan dulu itu infonya sejak kapan. Jangan sampe zonk pas sampe lokasi.
      Sungguh kzl hahah

      Hapus
  4. OMG artikelnya to be continued, jadi penasaran gimana kisah selanjutnya *zoom in zoom out*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nantikan yaa kak cerita selanjutnya hehe..
      Semoga penyakit males ga muncul tiba2 :D

      Hapus
  5. Sabar ya kk,,mumpung ibu masih ada turutin aj lah,,begitulah kalau ilmu "katanya" kita percaya aja kt org eh nyatanya ~nyegerin~ begitu daahh wkwk


    Njirr g bisa kecoret kaya d wa wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe iyaa selagi masih ada. Umur nggak ada yg tau sampe kapan kecuali Allah.
      Kalo orang tau umurnya sampe kapan, mungkin nggak ada lagi yg badung hehe

      Ini blog buk, disamain sama wa ckck -_-

      Hapus
  6. Akooh diceritain langsung dund, cerita selanjutnya :3

    BalasHapus
  7. Seruuuu ceritanya... Lucu banget endingnya ��

    BalasHapus
  8. Pelajaran banget kalo emak ngajak jalan, harus di introgasi dulu nih, minimal tahun informasi itu tahun brp :D

    BalasHapus

Facebook Page