Cerita Empat Bulan Menjadi Bagian Dari Ibnu Sina

Sabtu, April 14, 2018


Cepat sekali rasanya waktu berlalu. Tak terasa sudah empat bulan aku bekerja pada sebuah lembaga pendidikan, Yayasan Ibnu Sina. Di sana aku diamanahkan untuk menjadi staff keuangan. Suatu pengalaman baru buat aku bekerja dibagian keuangan. Ada perasaan bahagia saat tau aku diterima dibagian keuangan. Salah satu mimpi ku telah terwujud. Setelah sebelumnya aku selalu bekerja sebagai staff pengajar pada sebuah lembaga kursus.

Kenapa aku ingin sekali merasakan bekerja dibagian keuangan?

Semua itu hanya karena aku sedang kuliah jurusan Akuntansi. Ibuku selalu ingin melihat aku kerja dibagian yang sesuai dengan jurusan aku dan  aku juga ingin merasakan apakah teori yang selama ini diajarkan dibangku kuliah sama dengan praktik disebuah perusahaan?




Yaa ternyata setelah empat bulan kurasakan, praktik tak semudah teori.

Contoh soal laporan keuangan yang menjadi latihan dibangku kuliah tak serumit praktik di lapangan. Sungguh aku merasa seperti orang yang salah masuk jurusan, hanya karena aku langsung merasa cenat cenut saat melihat deretan angka pada laporan keuangan.

Aku senang dengan dunia hitung menghitung, karena di lembaga kursus aku menjadi pengajar pelajaran matematika. Pelajaran yang mungkin banyak anak tidak menyukainya. Sama seperti aku, dulu saat masih kecil usia SD aku sangat tidak menyukai matematika, apalagi kalau sudah disuruh hafal perkalian. Saking nggak sukanya, aku pernah mendapatkan nilai Nol karena menjawab dengan asal. Siapa sangka saat dewasa aku malah menjadi pengajar matematika. Bahkan aku selalu ingin setiap anak melihat matematika bukan lagi pelajaran yang menyeramkan, tapi justu menyenangkan.

Oke kembali lagi ke cerita empat bulan ku bekerja di bagian keuangan.

Jadi, awalnya aku sempat ragu untuk mengiyakan bekerja di Yayasan Ibnu Sina, mengingat jarak rumahku yang cukup lumayan jauh, antara Tangerang Selatan- Jakarta Timur. Setiap harinya aku harus menghabiskan kurang lebih 2 jam perjalanan Tangsel-Jaktim. Setiap harinya aku selalu berangkat menggunakan transportasi umum (kereta, ojek dan juga angkot).

Berawal dari rumah untuk menuju Stasiun Sudimara, aku naik angkot. Tiba di Stasiun Sudimara, aku naik kereta jurusan Tanah Abang, transit di Stasiun Tanah Abang menuju Stasiun Manggarai, Di Stasiun Manggarai pun aku hanya transit untuk berpindah peron menuju Stasiun Buaran. Sesampainya di Stasiun Buaran aku masih harus menaiki ojek untuk sampai dimana tempat aku bekerja. Perjalanan menaiki kereta tak selalu berjalan mulus. Untuk berpindah dari peron satu ke peron yang lain aku harus sedikit berlari naik turun tangga agar tidak tertinggal, belum lagi berebut untuk masuk ke dalam kereta. Rasanya bisa masuk saja udah ucap hamdalah. Karena kalau kereta pagi atau sore, padatnya udah nggak bisa dihindari.


Suasana kereta tiap pagi dan sore hari. sumber: tempo.co

Jarak tempuh itulah yang membuat aku awalnya sempat ragu untuk mengiyakan bekerja di sana, saat aku mendapat jawaban bahwa aku diterima.

Namun, ada hal lain yang meyakinkan diri ini untuk mengiyakan bekerja di sana. Yang meyakinkan adalah karena aku diamanahkan dibagian keuangan!

Aku merasa bahwa Allah sedang mengabulkan satu harapanku, untuk merasakan bekerja dibagian yang sesuai dengan jurusan aku di bangku kuliah. Nggak boleh aku sia-siakan kesempatan yang udah Allah kasih. Aku baru mendapat panggilan interview setelah tiga bulan aku kirim CV via email. Sampai aku lupa kalau aku pernah mengirim CV kesana.

Tapi, Allah juga sepertinya memberikan aku ujian dengan jarak tempuh yang bisa dibilang cukup melelahkan. Aku sering mendengar ceramah para ustadz bahwa, ujian yang Allah kasih merupakan pertanda kasih sayangNya terhadap hambaNya. Semoga aku menjadi salah satu hamba kesayanganNya hehe Amiiin..

sumber: ms.wikipedia.org

Lalu dalam salah satu grup WA, ustadz Kukun juga pernah membagi ilmu bahwa salah satu sifat pribadi tangguh adalah Qawiyyul Jismi (Kuat Jasmaninya) “Mu’min yang kuat lebih Aku cintai, dari pada mu’min yang lemah” (HR. Muslim). Semoga aku bisa menjadi salah satu mu'min yang kuat.

Akhirnya berusaha membulatkan tekad aku menerima tawaran pekerjaan di Yayasan Ibnu Sina. Bismillah.

Setelah beberapa minggu aku bekerja, aku sudah mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan di sana. Awalnya sih sempat agak canggung, karena dalam satu kantor lebih banyak orang tuanya. Hanya ada dua orang yang mungkin bisa dibilang sebaya. Yang satu perempuan namanya Animah, kalo enggak salah empat tahun lebih muda dari aku dan yang satu lagi laki-laki namanya Jundi, satu setengah tahun lebih tua dari aku. Walaupun kami bisa dibilang sebaya, tapi kami tidak dekat. Kalau di kantor ya sibuk dengan kerjaannya masing-masing. Agak jenuh sih hehe. Yaa mungkin karena mereka introvert juga sepertinya. Bersebrangan sama aku yang ekstrovert heheh

Teman-teman di Yayasan Ibnu Sina

Selain aku mendapat kesempatan bekerja dibagian akunting, ada juga kenikmatan lain yang aku rasakan di Ibnu Sina. Di sana karyawannya juga tidak lalai dalam ibadah, saling mengingatkan untuk shalat tepat waktu. Menurutku untuk bisa shalat tepat waktu disebuah perusahaan sudah merupakan suatu nikmat. Karena dipengalaman kerjaku dulu, rasanya ingin shalat tepat waktu itu sulit, terlebih saat ashar. Di Yayasan Ibnu Sina karyawan juga dikasih kebebasan untuk melaksanakan ibadah sunnah shalat Dhuha. Tak hanya kebebasan dalam shalat, di sana juga setiap seminggu sekali selalu ada pembinaan pegawai (yaa bisa dibilang charge iman) dan juga qiraati. Nikmat kan tuh, kerja iya, belajar juga. Duit dapet, insyaAllah pahala juga dapat.

Empat bulan bolak balik Tangsel-Jaktim udah beberapa kali drop karena kelelahan. Semoga aja badan ini masih kuat bertahan. Terima kasih Allah, terima kasih para pimpinan atas kesempatan bekerja yang telah diberikan. Terkhusus terima kasih Shirly untuk info lowongan pekerjaannya.

Sekian dulu coretannya kali ini.


Salam,


Anak bungsu!

You Might Also Like

0 komentar

Facebook Page